Pengamen Sombong Kena Batunya - Menulis dengan tema pengemis atau pengamen memang seru dan tidak ada habisnya. Artikel saya kali masih tentang pengamen. Ini adalah kejadian nyata yang pernah dilihat sama suami beberapa tahun lalu, memang sudah agak lama tapi masih seru kayaknya kalau di-share di sini.
Menurut suami saya, pengamen di jalanan itu bisa dibedakan menjadi beberapa tingkatan atau kasta. Tingkatan itu berdasarkan dari alat musik yang dipakainya, masih menurut suami, kasta itu dari yang tertinggi sampai yang rendah adalah sebagai berikut:
1. Yang pertama adalah kasta yang paling tingg
i yaitu pengamen yang terdiri lebih dari satu orang dengan memakai alat musik yang beragam, seperti gitar, biola, gendang sampai galon aqua. Kelihatan sekali kalau mereka ini serius sekali dan kelihatan profesional dalam perngamenan.
2. Yang kedua adalah kasta yang lebih rendah dari yang pertama, biasanya terdiri dari satu orang atau lebih dengan memakai alat musik gitar saja. Memang gitar adalah ’senjata’ utama para pengamen. Fenomena baru para pengamen sekarang adalah dengan membawa alat karaoke, menurut suami ini masih bisa dikategorikan kasta yang kedua.
3. Yang ketiga adalah kasta yang yang lebih tinggi setingkat dari kasta terendah. Biasanya pengamen ini menggunakan alat musik seadanya seperti kotak yang diberi tali karet atau ban yang difungsikan layaknya bass, atau hanya memakai beberapa tutup botol yang dipaku pada sebuah kayu, yang berfungsi sebagai kecrekan untuk mengiringi dia bernyanyi. Biasanya di sini pengamen modal kecrekan tutup botol dilakukan oleh ibu-ibu sambil menggendong anak kecil/bayi.
4. Yang keempat adalah pengamen kasta terendah. Dia tidak membawa alat musik, tetapi memanfaatkan secara maksimal kedua telapak tangannya untuk bertepuk-tepuk sehingga menimbulkan bunyi tertentu yang dipergunakannya mengiringi dia menyanyi.
Nah kejadian yang akan ditulis ini menimpa seorang pengamen dengan kasta no 4 itu.
Karena motor yang mulai rewel pada hari kejadian beberapa tahun lalu itu, suami membawa motor ke bengkel langganan. Di tengah-tengah montir sedang nyervis itu mampirlah seorang pengamen (sendirian) yang bernyanyi sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya. Pengamen itu masih muda, usia 25-an tahun dengan memakai kaus oblong dan celana panjang blue jean sobek-sobek. Rambut dicat pirang. Sebelum lagu habis montir yang juga pemilik bengkel itu masuk ke dalam dan memberi uang logam kepada pengamen itu.
Entah apa yang diucapkan pengamen itu, setelah menerima uang sambil bergumam lirih pengamen itu berlalu dan seperti sengaja dia menjatuhkan uang logam yang ternyata senilai 200 perak. Uang itu menggelinding dan masuk ke selokan pinggir jalan.
Melihat itu, pak montir tersinggung dan langsung menghampiri pengamen yang belum pergi jauh, tangan kanan memegang kunci inggris dan tangan kirinya mencengkeram kerah baju pengamen tadi sambil berujar, “Cari dan ambil uang tadi sampai ketemu, dan balikin ke aku sebelum kamu aku pukul pake kunci inggris ini,” katanya mengancam.
“Aku susah-susah cari uang, kamu yang tinggal ngatungin tangan aja berlagak sombong buang-buang uang yang dikasihkan,” tambah Pak Montir
Peristiwa itu tentu saja mendapat perhatian orang banyak, bahkan beberapa tukang ojek yang mangkal di sekitar bengkel itu juga pada geram dan bahkan ada yang mau memukuli pengamen sombong itu, tapi untung saja dicegah sama Pak Montir.
Akhirnya pengamen sombong itu menjadi tontonan ketika dia ngubek-ubek selokan mencari koin, karena beberapa lama mencari tidak ketemu dan merasa kasihan pengamen itu akhirnya disuruh pergi.
Kena batunya pengamen ini, mungkin karena merasa mencari uang itu gampang, sehingga dia menolak pemberian orang yang hanya 200 perak. Tapi sayangnya penolakannya sangat tidak etis dan sangat sombong dengan membuang uang itu.
Di jaman serbasusah dan serbamahal ini, seringkali orang mencari uang dengan cara-cara yang instan. Dengan usia masih muda dan berbadan sehat, lebih memilih menjadi pengamen atau pengemis daripada pekerjaan lain yang lebih bermartabat hanya gara-gara dengan modal tangan mengatung sudah bisa meraup ratusan ribu bahkan jutaan dalam sehari.
Tapi masih ada juga seorang pemgamen/pengemis yang sudah meminta tetapi menolak pemberian karena merasa kecil pemberian orang tersebut. Untuk orang-orang seperti ini memang kadang perlu dikasih pelajaran seperti kasus di atas.
[
sumber ]