Beginilah Cara Jokowi-Basuki Habisi Preman - Jakarta, Relasi preman Tanah Abang dan pedagang liar sudah menguratakar. Bagaimana cara Jokowi-Basuki memecahkan masalah pelik tersebut?
Perserteruan Pemprov DKI Jakarta vs pedagang kaki lima plus preman-preman Tanah Abang menjadi topik hot pekan ini. Hal tersebut masuk akal mengingat Pasar Tanah Abang merupakan pusat grosir tekstil terbesar di Indonesia, dan bahkan di Asia Tenggara.
Mereka yang pernah belanja di pasar tersebut tentu pernah merasakan bagaimana semrawutnya kondisi di sekitarnya dan betapa sengsara perjalanan melewati kawasan pasar karena kemacetan yang parah.
Betapa tidak. Ratusan pedagang berjualan sampai ke bahu jalan, parkir kendaraan roda dua dan roda empat luber ke segala tempat, trotoar dijadikan etalase barang-barang pemilik ruko, sementara mobil boks dan truk-truk pengangkut di kantor-kantor ekspedisi parkir berjam-jam di pinggir jalan yang sudah sempit.
Atas nama ketertiban dan kelancaran lalu lintas di kawasan Tanah Abang, Pemprov DKI di bawah kepemimpinan Gubernur Joko Widodo dan wakilnya Basuki Tjahaja Purnama berniat merelokasi PKL ke dalam gedung.
Seperti sudah diduga, timbul perlawanan dari PKL dan preman-preman yang selama bertahun-tahun menikmati rejeki berupa setoran tetap dari para pedagang liar itu.
Praktik tersebut bukannya tak disadari oleh gubernur-gubernur sebelumnya, jika dilihat dari program penataan yang selalu ada di atas kertas, namun tak pernah terwujud. Mungkin mereka mati kutu menghadapi preman yang hobi mengancam dan PKL yang keras kepala.
Sebutlah Jokowi-Basuki kombinasi sempurna! Jokowi dikenal sebagai pemimpin yang mengedepankan pendekatan persuasif dalam pemecahan masalah-masalah yang terkait dengan kalangan bawah, sedangkan Basuki memiliki kemampuan berargumentasi yang mumpuni karena penguasaan lapangan yang baik (baca: Bicara pakai data).
Dia juga cerdas memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Seluruh pertemuan Basuki dengan berbagai kalangan direkam dan dapat ditonton via Youtube.
Dalam video pertemuannya dengan beberapa orang wakil ormas yang mengatasnamakan warga dan tokoh Tanah Abang, Basuki berhasil melepaskan diri dari jebakan debat kusir seputar ego seseorang yang mengaku diri tokoh Tanah Abang dan menuntut dia meminta maaf atas pernyataannya yang keras mengenai preman beking PKL.
Dua hal dijadikan keyword oleh Basuki selama pembicaraan tersebut yakni penataan PKL agar berdagang di tempat semestinya sesuai hukum (perda) dan pengakhiran kemacetan di Tanah Abang. Hasilnya? Lihat bagaimana besarnya dukungan terhadap mereka di media sosial seperti Facebook sesudah rekaman dialog itu menyebar. Orang waras tentu setuju pedagang kali lima perlu ditata dan kemacetan lalu lintas harus disudahi.
Kelihatan sekali strategi Jokowi-Basuki menghadapi PKL, dan para preman yang jadi bekingnya, dipertimbangkan dengan matang.
Kebutuhan PKL akan tempat berjualan dipenuhi dengan penawaran kios di Blok G. Awalnya terjadi penolakan karena lokasi Blok G dianggap tak strategis, rusak, dan kotor. Perlawanan melumer setelah Pemprov berjanji melakukan renovasi sehingga blok tersebut aman, nyaman, plus ramai pengunjung.
Beban sewa kios yang memberatkan pedagang kecil dipecahkan dengan menawarkan 6 bulan pemakaian secara gratis, lalu dilanjutkan dengan pembayaran sewa yang bisa dicicil per hari. PKL yang mendaftar untuk menyewa kios pun bertambah. Karena diayomi seperti ini oleh Pemprov, otomatis mereka merasa tak perlu lagi berjualan di pinggir jalan dan menyetor duit ke preman.
Relasi PKL-preman—yang selama ini menjadi ganjalan penertiban—pun bakal berakhir. Kebijakan penanganan PKL ala Jokowi-Basuki seperti pepatah sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui. Pedagang kaki lima masuk ke pasar, jalanan bersih, ladang untuk premanisme pun sirna.
Keberhasilan penertiban pasar dan wilayah sekitarnya yang sudah begitu lama dikuasai preman memang tak semudah membalikkan tangan. Butuh proses, kesabaran, kecerdasan, dan kemauan keras dari pimpinan Jakarta untuk mewujudkannya. Kesuksesan di Tanah Abang bisa menjadi preseden bagus bagi penertiban pasar-pasar lainnya di Ibu Kota.
Siapa bilang Jokowi-Basuki belum berprestasi…
[
sumber ]