Orang Muslim Dilarang Makan di Solaria !!!
- Dosen akuntansi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof. Tjiptohadi
Sawarjuwono, Ph.D. mengisahkan tentang arogansi pihak tempat makan
Solaria yang haram itu. Pada pesan elektronik yang ditrima arrahmah.com
Ahad (25/8/2013) mengatakan:
"Ada kerabat yang mau beli franchise
Solaria. Tapi ketika mau bikin kontrak perjanjian, ternyata pihak
pemilik franchise mewajibkan penggunaan angciu dan minyak babi dalam
beberapa masakan."
Hal itu dikomentari oleh teman saya, "Lho itu kan haram?"
Tapi jawaban pemilik franchise arogan dan mencengangkan, mereka mewajibkan menu di Solaria menggunakan minyak babi dan angcu.
"Di sini (solaria-red) wajib pakai itu. Lagian kita gak pakai label halal kok. Kalau gak mau ya sudah," ujar pihak Solaria.
Kemudian
pertanyaan yang muncul adalah, apakah pemilik bisnis Solaria salah?
Tidak, yang salah adalah bila ada pebisnis Muslim yang tutup mata dan
tetap mengambil bisnis ini. Lebih salah lagi adalah para Muslim yang
sudah tahu info ini tetapi juga tutup mata dan makan di sana.
Untuk
itu informasi ini hendaknya tidak untuk diri sendiri. Kabarkan kepada
saudara Muslim kita di seluruh Nusantara dan Internasional akan haramnya
Solaria.
Dalam hubungan itu, ada sebuah kisah nyata. Dikisahkan
ada seorang ustadz senior dari Indonesia duduk di rumah makan di negara
Singapura. Dia kemudian didatangi oleh pelayan rumah makan tersebut.
Melihat jenggot panjang tamunya, pelayan menyapa, "Apakah bapak muslim?"
tanya pelayan kepada tamunya.
"Ya saya muslim," jawab ustadz.
"Maaf, di sini restoran pakai babi. Bapak sebaiknya makan di restoran sebelah yang halal 100%." Kata si pelayan.
"Terima kasih." Jawab ustadz dan beliau berdiri lalu pindah ke restoran sebelah.
Pelajaran dari Solaria yang haram itu
Meski
Muslim di negeri ini mayoritas, tidak bisa memaksa pihak pengusaha
rumah makan harus memakai label halal dan atau harus seperti yang kaum
Muslimin inginkan. Umat Islam sendiri yang harus mawas diri, saling
menasehati mana halal dan mana haram (juga meragukan karena bercampur
antara yang halal dengan yang haram) sebagai tanda kedewasaan keimanan
kita.
Sementara itu untuk itu para pengusaha restoran yang
menggunakan barang-barang yang haram versi Islam, hendaklah mencantumkan
label mengandung babi atau mengandung arak dan seterusnya pada rumah
makannya.
Sekiranya himbauan ini tidak di indahkan, maka umat
Islam melalui elemen ormas-ormas yang ada akan bertindak. Apa
tindakannya? yakni dengan memberi label yang sangat besar dan
menempelkanya di tempat usaha yang haram tersebut dengan label
mengandung babi. Hal ini untuk menyelamatkan kaum Muslimin dari
mengkonsumsi barang yang haram.
Solaria haram, mengandung minyak babi dan arak angcu. Tidak mendatanginya, duduk, apalagi makan dan minum di sana!
[
sumber ]