Banyuwangi - Penampilan Komsatun sejak dua tahun terakhir ini tak pernah lepas dari penutup kepala. Pintu rumahnya pun lebih sering tertutup. Hanya toko kelontong di ruangan samping yang ia buka sejak pagi hingga malam. "Kalau ada pembeli, cukup memencet bel," kata perempuan 54 tahun ini.
Komsatun memang tampil lebih alim sejak pulang berhaji pada 2011 lalu. Sebelumnya, ia bernazar akan berhenti menjadi muncikari bila mampu naik haji. Alhasil, nazarnya terpenuhi. Ia tak lagi menampung perempuan seks komersial setelah resmi mendaftar naik haji tahun 2008.
Komsatun adalah satu dari tujuh muncikari di lokalisasi Sumber Loh, Banyuwangi, Jawa Timur, yang naik haji dari hasil pekerjaan menampung perempuan seks komersial. Setelah naik haji, beberapa muncikari memang meninggalkan lokalisasi. Tetapi Komsatun memilih tetap membuka warungnya di lokalisasi terbesar di Banyuwangi itu.
Perempuan kelahiran tahun 1959 ini mulai berkenalan dengan dunia prostitusi setelah ditinggal suaminya pada tahun 1980-an. Dia memulai pekerjaannya sebagai buruh cuci baju para PSK. Untuk menambah pendapatan, dia juga membuka warung untuk menjual angsle dan rujak.
Sedikit demi sedikit, Komsatun menyisihkan penghasilannya. Sekitar tahun 1995, dia akhirnya mampu mengontrak salah satu wisma dengan tiga kamar. Dia pun mulai menampung tiga PSK yang disebutnya anak buah itu. Kebanyakan PSK itu datang sendiri, ada pula yang diserahkan oleh perekrut. "Saya tak pilih-pilih, tua atau muda, cantik atau jelek saya terima," katanya.
Setiap PSK dikenai tarif sewa kamar Rp 25 ribu per tamu. Uang sewa tersebut plus bonus makan tiga kali sehari. Setiap PSK bisa melayani tamu 2-3 sehari. Jadi, penghasilan Komsatun dari kamar paling sedikit sebesar Rp 150 ribu sehari.
Namun penghasilan terbesar justru berasal dari tokonya yang menjual bir dan segala kebutuhan pokok. Komsatun bisa mengantongi Rp 300 ribu sehari. Bir memang laku keras dengan harga Rp 23 ribu per botol.
Awalnya, Komsatun tak tertarik naik haji. Namun akhirnya dia kepincut juga setelah Saripah, teman sesama muncikari, bisa naik haji dengan arisan. Maka, pada 2006, Komsatun mulai bergabung dalam kelompok arisan naik haji dengan setoran Rp 750 ribu per bulan. "Alhamdulillah dapat arisan tahun 2008, langsung daftar haji," kata nenek dua cucu ini.
Dia mengisahkan pengalamannya berhaji. Begitu mendarat di Arab Saudi, Komsatun langsung bersujud di tanah. Dia menangis sekeras-kerasnya memohon ampun kepada Tuhan atas dosa-dosanya. "Saya sadar bahwa naik haji dari pekerjaan seperti ini," katanya.
Setelah pengakuan dosa itu, Komsatun merasa lebih ringan. Seluruh tahapan ibadahnya di Tanah Suci bisa dilaluinya tanpa halangan. Ketika tiba di Indonesia, seorang kiai menyambut kepulangannya dan menorehkan kata Nur di depan namanya. "Jadi nama saya sekarang Nur Komsatun," katanya tersenyum.
Komsatun memang tak mau lagi menerima PSK. Namun ia tak kuasa menutup toko yang menjadi sumber penghasilan satu-satunya, apalagi suami keduanya pengangguran. Di toko itu, Komsatun masih pula menjual bir. "Tidak ada pekerjaan lain," katanya.
Selain pergi berhaji, Komsatun bisa membeli dua rumah sekaligus, termasuk wisma Mawar Mekar yang dulu dia kontrak. Wisma berukuran 12 x 8 meter itu telah ia renovasi. Di ruang tamu, Komsatun memajang gambarnya saat berada di Tanah Suci, Mekah. "Saya ingin muncikari lain meniru langkah saya," ujarnya.
subhanallah alhamdulilah ya dia bisa tobat, walaupun uang untuk naik hajinya dari uang ga bisa dibilang ngga halal, tapi karena nazarnya Allah jadi memenuhinya, semoga saja psk, mucikari dan gremo bisa segera tobat secepatnya mengikuti dia
[
sumber ]